Blog

isi dunk

YM-an Yuuuk

what time is it?

Visitor_Ku

Small text message

Sekolah Mnyenangkan ?!?

Kamis, 16 Oktober 2008 - - 0 Comments

utama
Sekolah.

Jujur ya, apakah kalian suka sekolah? Atau justru benci? Saya juga pernah menjadi seorang murid/ mahasiswa. Dan banyak hal yang membuat kebanyakan kita tidak suka [bahkan sampai pada taraf membenci] sekolah.

Lalu, kenapa sih kita kadang ga suka sekolah?



Saya tidak pernah belajar psikologi atau apalagi tentang ilmu pendidikan secara teroritis. Jadi ini hanya tulisan subjektif saja dari apa yang saya rasakan dan saya khayalkan.

Saya sendiri sebetulnya tidak terlalu suka juga. Membayangkan bahwa setiap hari selama enam hari dalam seminggu –selama 8 jam tiap harinya –waktu kita dihabiskan di sekolah. Duduk dikelas, mendengarkan guru memberikan pelajaran –pelajaran yang bahkan membuat kita pusing dan muak. Ada yang kita sukai –itu membuat kita senang, dan ada juga yang dibenci. Bayangka, itu terjadi selama 12 tahun ! Bahkan akan bertambah jika kita masuk kuliah.

Tapi kemudian apa yang membuat kita [seharusnya] bisa mencintai sekolah, agar sekolah bukan hanya dipandang sebagai pendoktrinan, agar sekolah tak dipandang sebagai tempat yang membosankan? Agar sekolah bisa dipandang sebagai tempat yang menyenangkan untuk tumbuh dan berkembang bagi anak –anak, dimana mereka bisa mendapatkan ilmu yang bisa menggali potensi mereka dan meningkatkan kualitas diri mereka, agar sekolah bisa menjadi tempat untuk bersosialiasi dan tempat bermain sebagaimana adanya mereka sebagai anak –anak –intinya menjadi tempat yang bisa membuat anak –anak bahagia?

Banyak faktor, mungkin. Namun bagi saya pribadi, yang juga telah mencicipi bangku sekolah selama 12 tahun, salah satu faktor itu adalah guru.

Ya, guru. Bagaimana saya bisa tetap bertahan di sekolah dan bersedia tinggal dikelas? Salah satunya, karena saya mengagumi dan menyenangi cara mengajar guru saya. Guru yang menyenangkan, yang tahu bagaimana cara bergaul dengan muridnya.

Saya pernah begitu merindukan salah satu kelas di kampus. Saya pergi dengan semangat untuk mengikuti sebuah mata kuliah. Mengapa? Hanya karena saya menyukai cara dosen saya mengajar. Saya sampai menangis di kelas karena terharu dengan apa yang beliau paparkan –saat itu beliau membahas tentang kemiskinan di Asia dan dunia.

Lalu, apa yang diharapkan seorang murid dari gurunya? Seperti apakah sosok seorang guru yang bisa membuat anak –anak bahagia?

Mengutip dari penjelasan A.S Neil -pendiri summerhill school, bahwasanya anak –anak itu egois dan bahwasanya dunia ini adalah milik mereka. Jadi saya pikir, wajar jika anak banyak menuntut ingin begini- ingin begitu dari gurunya. Namun pada dasarnya mereka adalah intisari cinta. Makhluk yang penuh rasa sayang.

Tentunya, kita tak bisa se –ekstrim Onizuka Eikichi dalam menempuh karir sebagai guru, dimana dia menggunakan cara –cara “kontroversial” dalam menyelesaikan tiap masalah di sekolah. Tapi filosofis onizuka sebagai pengajar mungkin bisa ditiru. Misalnya dia mengatakan bahwa dia bahagia menjadi seorang guru, dan dia mengatakan “aku ingin membuat anak –anak mencintai sekolah dan kembali ke sekolah” (kira –kira begitulah makna yang dapat saya tanggap. “I’l make this school fun!”

Bagaimana bisa murid –murid begitu mencintai onizuka padahal dia sama sekali tidak punya latar pendidikan guru? Itulah. Seperti yang tadi saya katakan, salah satunya adalah karena dia memahami muridnya. Inilah yang membuat dia dicintai. Dia tidak hanya memposisikan diri sebagai guru yang hanya menjejali murid dengan pelajaran –pelajaran, tapi dia bisa menjadi ayah, kakak, guru, sekaligus teman bermain dan belajar bagi muridnya.

Anak –anak, tidak dipandang sebagai pengacau dan mengerikan. Apalagi pada usia remaja. Sekolah bagi mereka selalu dianggap suatu hal yang ‘alergi’. Padahal yang mereka butuhkan adalah teman bercerita, bukan jejalan nasehat. Mereka ingin di dengar dan di perhatikan.

Dan cara bergaul seperti itu dengan murid, secara teknis, tidak diajarkan pada para calon guru. Kita biasanya hanya terjebak dalam teori –teori yang menjemukan. Dan pada kenyataannya, ketika kita menerapkannya langsung di lapangan, kadang teori –teori itu menjadi teramat sulit. Dan yang diperlukan adalah –saat kita ingin menjadi seorang guru yang baik, kita belajar langsung dari murid kita sendiri.

Para guru harus lebih kreatif membuat para siswanya merasa bahagia. Masuklah dalam dunia anak –anak dan remaja secara pelan –pelan. Dengarkan mereka secara hati –hati. Maka mereka tidak akan lari, mereka justru akan mencintai. Kita akan mendapati bahwa mereka adalah makhluk istimewa yang imajinatif.

Jadi? Sekolah itu bisa jadi tempat menyenangkan juga bukan?

Read More… Read More…

This entry was posted on 19.58 You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: